Selasa, 24 September 2013

LAPORAN TEGANGAN PERMUKAAN METODE KAPILER



PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN
DENGAN METODE KAPILER

I.                   TUJUAN :
Menentukan tegangan permukaan cairan dengan metode kapiler

II.                LANDASAN TEORI :
                  Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung ke bawah tampak silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil mungkin.

            Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan  didefinisikan sebagai gaya F persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setia garis di permukaan fluida.

                  Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pad tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara (Hamid.2010)
                                                                                   
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai kerja yang dilakkukan dalam memperluas permukaan cairan dengan satu satuan luas. Satuan untuk tegangan permukaan ( ) adalah (J m-1) atau dyne cm-1 atau Nm-1. Metode yang paing umun untuk mengukur tegangan permukaan adalah kenaikan atau penurun dalam pipa kapiler, yaitu dengan rumus :
                   
(d) adalah kerapatan cairan, (r) adalah jari-jari kapiler, (l) adalah panjang cairan yang ditekan atau yang akan naik, dan  (g) adalah konstanta gravitasi (Douglas,2001) .

   Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, srhingga permukaannya seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik antar partikel sejenis di dalam zat cair sampai kepermukaan. Di dalam cairan, tiap moleku ditarik oleh molekul lain yag sejenis di dekatnya dengan gaya yang sama ke segala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa (resultan) gaya yang bekerja pda masing-masing moleku. Adanya gaya atau tarik kebawah menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang. Tegangan ini disebut tegangan permukaan (Herinaldi, 2004)

   Tegangan permukaan bervariasi antar berbagai cairan. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi dan merupakan agen pembasah yang buruk karena air membentuk droplet, misalnya tetesan air hujan pada kaca depan mobil. Permukaan air membentuk suatu lapisan yang cukup kuat sehingga beberapa seranga dapat berjalan diatasnya (suminar, 2001).
Ada beberapa metode dalam melakukan atau menemukan tegangan permukaan diantaranya :
1.                        Metode kapiler
Menurut metode kapiler, tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/cairan yang naik melalui satu pipa kapiler. Metode kenaikan pipa kapiler hanya dapat digunaka untuk mengukur tegangan permukaan, tidak bisa untuk mengukur tegangan antar muka salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarik menarik antar zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik menarik antar molekul zat yang berbeda (adesi)
   Molekul biasanya saling tarik menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan disamping dan di bawah. Dibagian atas tidak ada molekul cairan yang lain karena molekul cairan tarik menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berbeda di bagian dalam cairan. Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan ditarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan dibawahnya. Akibatnya permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terdapat di perukaan cenderung memeperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan perukaan seolah-olah tertutup oleh selapur elastis yang tipis (Atfins, 1994) 
2.                        Metode Tersiometer Du-Nouy
Metode cincin du-nouuy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang diperluka sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cawan tersebut (atfins, 1994)
           Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada pada permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang disebut dngan molekul surfaktan.
Faktor-faktor yang menpengaruhi :
-          Suhu
            Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya energy kinetik molekul
-          Zat terlarut (solute)
            Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan membentuk lapisan monomolecular, maka akan menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan.
-          Surfaktan
                 Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cnderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan.

Sturktur surfaktan secara 3 dimensi
            Molekul surfaktan yang bersifat amfifil yaitu suatu molekul yang mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar (hidrifobik). Sifat surfaktan yang amfifil menyebabkan surfaktan diadsorpsi pada antar muka baik itu cair/gas (yang tidak saling bercampur).


            Surfaktan akan selalu berada pada antar muka suatu cairan (berbeda jenis), bila jumlah gugus hidrofil dan lipofilnya seimbang. Tapi, apabila suatu surfaktan memiliki gugus hidrofil lebih besar lipofil, maka surfaktan akan lebih berada pada fase air dan sedikit berada pada antar muka. Sebaliknya, bila suatu surfaktan memiliki gugus hidrofil lebih kecil dari lipofil maka surfaktan akan lebih berada pada fase minyak dan sedikit berada pada antar muka.

            Surfaktan dapat digunakan menjadi dua golongan besar yaitu, surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam pelarut air.
            Surfaktan yang larut dalam minyak : Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorocarbon, dan senyawa silicon.

            Surfaktan yang larut dalam pelarut air : Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zart pembasah, zat pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, oencegah korosi, dan lai-lain. Ada empat yang temasuk dalam golongan ini yaitu surfaktan anion yang bermuatan negative, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negative dan positif bergantung pada pH-nya.

            Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hydrogen pada permukaan. Hal ini dilakukan dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya terentang menjauhi permukaan air. Sabun dapat membentuk misel (miceves), suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul sabun bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air, tetapi dengan mudah akan tersuspensi di dalam air. Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang mendadak pada daerah konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak ini disebabkan oleh pembentukan agregat atau penggumpalan dari beberapa molekul surfaktan menjadi satu, yaitu pada konsentrasi kritik misel (KMK).

            Tegangan permukaan juga merupakan sifat fisik yang berhubungan dengan gaya antarmolekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai hambatan peningkatan luas permukaan cairan. Awalnya tegangan permukaan didefinisikan pada antar muka cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip juga ada pada tegangan antar muka cairan-cairan, atau padatan dan gas. Tegangan semacam ini secara umum disebut dengan tegangan antar muka(Douglas.2001).















III.             ALAT DAN BAHAN :
A.    ALAT :
·         Timbangan listrik
·         Piknometer
·         Termometer
·         Baskom
·         Pipa kapiler
·         Beaker glass 100 ml
·         Kertas milimeter blok

B.     BAHAN :
·         Akuadest
·         Aseton
·         Sodium lauril sulfat










IV.             CARA KERJA :
1.      Menentukan densitas cairan dengan piknometer
A.    Menentukan Volume Piknometer
a.       Piknometer kosong dan kering ditimbang dengan seksama
b.      Piknometer diiisi dengan aquades hingga penuh, dilap dengan tissue, direndam dalam air es
c.        
d.      Piknometer ditutup, pipa kapiler dibiarkan terbuka, suhu dibiarkan sampai 20oC , lalu pipa kapiler ditutup
e.       Piknometer diangkat,  dibiarkan sampai suhu kamar (25oC) , dilap dengan tissue lalu ditimbang dengan seksama
f.       Lihat dalam tabel untuk menentukan kerapatan air pada suhu kamar.
Perhitungan :
      Berat piknometer + air            =  a gram
      Berat piknometer kosong        =  b gram
      Berat air                                  =  (a – b) = c gram
      Dari tabel kerapatan air           =  ρ
      Volume piknometer                =           = Vp

B.     Menentukan Kerapatan Zat Cair :
a.       Zat cair yang ditentukan kerapatannya ditimbang dengan cara mengganti dalam piknometer dengan cairan sampel, misal d gram
b.      Kerapatan cairan         =
2.      Menentukan tegangan permukaan
Tegangan permukaan masing-masing cairan ditentukan dengan cara 25 ml cairan dimasukka ke dalam beaker glass yang sudah ditempel dengan kertas milimeter blok. Pipa kapiler dicelupkan ke dalam beaker glass. Dihitung selisih tinggi permukaan zat cair dalam beaker glass dan dalam pipa kapiler. Tegangan permukaan dihitung dengan rumus :                                            
    =      

Dimana :
 = tegangan permukaan yang diketahui (air) (dyne/cm)
 = tegangan muka yang belum diketahui (dyne/cm)
   = kenaikan cairan dalam kapiler (cm)
   = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2
   = berat jenis (g/cm3)
   = jari-jari kapiler (cm)

V.                DATA DAN ANALISIS DATA
1.      Tabel penentuan kerapatan zat cair :
A.    air
Replikasi
Berat piknometer kosong (g)
Berat piknometer+air (g)
Berat air (g)
Volume piknometer
1
22,5 g
32,2 g
9,7 g
  9,7387 ml
2
22,5 g
32,2 g
9,7 g
  9,7387 ml
3
22,5 g
32,3 g
9,8 g
9,8391 ml
Rata-rata


9,73 g
9,7721 ml
     
        air pada suhu 250 C, =   =   = 0,99602 g/ml
Repliasi I :
Berat air = (Berat piknometer+air ) - Berat piknometer kosong
               = 32,2 g – 22,5 g = 9,7 gram
Vp          =   =   = 9,7387 g
Replikasi II :
Berat air = (Berat piknometer+air ) - Berat piknometer kosong
               = 32,2 g – 22,5 g = 9,7  gram
Vp          =   =   = 9,7387  g
Replikasi III :
Berat air = (Berat piknometer+air ) - Berat piknometer kosong
               = 32,3 g – 22,5 g = 9,8 gram
Vp          =   =   = 9,8391 g

 Vp =    = 9,7721 ml


Pengenceran Sodium Lauril Sulfat :
 1% =
50 ml = 0,5 gram
Pengenceran 0,005 % =
                        V1 . C1     =  V2 . C2
                                V1 . 0,01 = 100 . 0,00005
                                V1   = 
                                V1  = 0,05 ml
Pengenceran 0,01 % =
V1 . C1     =  V2 . C2
V1 . 0,01  = 100 . 0,0001
                      V1   =
                     V1  = 1 ml
Pengenceran 0,02 % =
                                    V1 . C1     =  V2 . C2
                                                V1 . 0,01 = 100 . 0,0002
                                             V1   =
                                        V1  = 2 ml
Pengenceran 0,05 % =
                                    V1 . C1     =  V2 . C2
                                                V1 . 0,01 = 100 . 0,0005
                                             V1   =
                                        V1  = 5 ml
2.      Tabel Penentuan volume piknometer cairan uji sodium lauril sulfat 0,02 %
Replikasi
Berat piknometer kosong (g)
Berat piknometer+Sodium Lauril Sulfat (g)
Berat Sodium lauril sulfat(g)
 sodium lauril sulfat(g/ml)
1
22,5 g
           32,3 g
9,8 g
1,0028 g/ml
2
22,5 g
32,4 g
9,9 g
1,0130 g/ml
3
22,5 g
32,4 g
9,9 g
1,0130  g/ml
Rata-rata



1,0098 g/ml
1.      Berat sodium lauril sulfat = ( Berat piknometer+ sodium lauril sulfat) - Berat piknometer koson  = 32,3 g - 22,5 g = 9,8 g
            Kerapatan zat cair       =    =   = 1,0028 g/ml g/ml
2.      Berat sodium lauril sulfat = ( Berat piknometer+ sodium lauril sulfat ) - Berat piknometer kosong  = 32,4 g – 22,5 g = 9,9 g
            Kerapatan zat cair       =    =   = 0,0130 g/ml
1.      Berat sodium lauril sulfat = ( Berat piknometer+ sodium lauril sulfat ) - Berat piknometer kosong  = 32,4 g – 22,5 g = 9,9 g
            Kerapatan zat cair       =    =   = 0,0130 g/ml
ρ sodium lauril sulfat =    = 1,0098 g/ml

3.      Tabel Penentuan volume piknometer cairan uji sodium lauril sulfat 0,05 %
Replikasi
Berat piknometer kosong (g)
Berat piknometer+Sodium Lauril Sulfat (g)
Berat Sodium lauril sulfat(g)
 sodium lauril sulfat(g/ml)
1
22,5 g
           32,2 g
9,7 g
0,9926 g/ml
2
22,5 g
32,4 g
9,9 g
1,0130 g/ml
3
22,5 g
32,3 g
9,8 g
1,0028  g/ml
Rata-rata



1,0028 g/ml
4.      Berat sodium lauril sulfat = ( Berat piknometer+ sodium lauril sulfat) - Berat piknometer koson  = 32,2 g - 22,5 g = 9,7 g
            Kerapatan zat cair       =    =   = 0,9926 g/ml g/ml
5.      Berat sodium lauril sulfat = ( Berat piknometer+ sodium lauril sulfat ) - Berat piknometer kosong  = 32,4 g – 22,5 g = 9,9 g
            Kerapatan zat cair       =    =   = 0,0130 g/ml
6.      Berat sodium lauril sulfat = ( Berat piknometer+ sodium lauril sulfat ) - Berat piknometer kosong = 32,3 g – 22,5 g = 9,8 g
            Kerapatan zat cair       =    =   = 1,0028 g/ml   
ρ sodium lauril sulfat =    = 1,0028 g/ml

4.      Tabel Penentuan Tegangan Muka Air dan Sodium Lauril Sulfat pada suhu 250 C :
Rep
Air
Cairan Uji
Konsentrasi 0,02 %
Konsentrasi 0,05 %
H (cm)
 (g/cm)
 (dyne/cm)
H (cm)
 (g/cm)
 (dyne/cm)
H (cm)
 (g/cm)
 (dyne/cm)
1
0,6
9,7721
7,20
0,9
1,0098
11,1600
0,6
1,0028
7,3876
2
0,8
9,7721
7,20
0,8
1,0098
7,4788
0,6
1,0028
5,5407
3
0,7
9,7721
7,20
1,1
1,0098
11,6908
0,5
1,0028
2,2775
Rata-rata


10,1098


6,0686
Perhitungan Penentuan Tegangan Mukan Sodium Lauril Sulfat 0,02 % =
Replikasi I       =  =
                        =  =   =  11,1600 dyne/cm
Replikasi II     =  =
                        =  =   =  7,4788 dyne/cm
Replikasi III    =  =
                        =  =   =  11,6908 dyne/cm

Perhitungan Penentuan Tegangan Mukan Sodium Lauril Sulfat 0,05 % =
Replikasi I       =  =
                        =  =   =  7,3876 dyne/cm
Replikasi II     =  =
                        =  =   =  5,5407 dyne/cm
Replikasi III    =  =
                        =  =   =  5,2775 dyne/cm

DATA HASIL UJI KELOMPOK 1
Tabel Penentuan Volume Piknometer
Replikasi
Berat Pikno Kosong (g)
Berat Pikno + Air (g)
Berat Air (g)
Volume Pikno
1
30,17  g
39,76  g
9,59  g
9,628 ml
2
30,17  g
39,74  g
9,57  g
9,608 ml
3
30,17  g
39,74 g
9,57  g
9.608 ml
Rata-Rata



9,6149 ml


Replikasi I
v  Berat Air = (Bobot Pikno + Air ) – BobotPikno Kosong
             = 39,76  g – 30,17 g
= 9,59 g
v  ρ pada suhu 25 ᵒ C dalam g/ml
= 996,02/1000
= 0,99602 g/ml
v  Volume Pikno = Berat Air/ρ air
= 9,59  g/0,99602 g/ml
= 9,6283 ml
Replikasi II
v  Berat Air   = (Bobot Pikno + Air ) – Bobot Pikno Kosong
                        = 39,74  g – 30,17 g
                        = 9,57 g
v  ρ pada suhu 25 ᵒ C dalam g/ml
= 996,02/1000
= 0,99602 g/ml

v  Volume Pikno = Berat Air/ρ air
= 9,57  g/0,99602 g/ml
 = 9,6082 ml

Replikasi III
v  Berat Air   = (Bobot Pikno + Air ) – Bobot Pikno Kosong
                        = 39,74  g – 30,17 g
                        = 9,57 g
v  ρ pada suhu 25 ᵒ C dalam g/ml
= 996,02/1000
= 0,99602 g/ml
v  Volume Pikno = Berat Air/ρ air
= 9,57  g/0,99602 g/ml
= 9,6082 ml
Volume pikno rata-rata
= 9,6283 ml+9,6082 ml+9,6082 ml:3
= 9,6149 ml


Tabel Penentuan kerapatanzatcairkonsentrasi 0,005%
Replikasi
Berat Pikno Kosong (g)
Berat Pikno + Cu (g)
Berat Cu (g)
ρ Cu
1
30,17  g
39,73 g
9,56 g
0,9943g/ml
2
30,17  g
39,71 g
9,54 g
0,9923g/ml
3
30,17  g
39,73g
9,56 g
0,9943g/ml
Rata-Rata


9,55 g
0,9936g/ml


Replikasi I
v  Berat Cu = (Bobot Pikno + Cu ) – BobotPikno Kosong
             = 39,73 g – 30,17 g
= 9,56 g
v  ρ Cu       = m/Vp
=9,56g/9,614ml
         =0,9943 g/ml
Replikasi II
v  Berat Cu    = (Bobot Pikno + Cu ) – Bobot Pikno Kosong
                        = 39,71 g – 30,17 g
                        = 9,54 g
v  ρ Cu       = m/Vp
=9,54g/9,614ml
=0,9923 g/ml
Replikasi III
v  Berat Cu    = (Bobot Pikno + Cu ) – Bobot Pikno Kosong
                        = 39,73 g – 30,17 g
                        = 9,56 g
v  ρ Cu       = m/Vp
=9,56g/9,614ml
         =0,9943 g/ml
Rata-rataberatcairanuji:
= (9,56+9,54+9,56) g :3
= 9,55 g

ρ Cu rata-rata :
=(0,9943+0,9923 +0,9943) g/ml : 3
=0,9936 g/ml
Tabel Penentuan kerapatanzatcairkonsentrasi 0,01%
Replikasi
Berat Pikno Kosong (g)
Berat Pikno + Cu (g)
Berat Cu (g)
ρ Cu
1
30,17  g
39,76 g
9,59 g
0,9975g/ml
2
30,17  g
39,69 g
9,52 g
0,9902g/ml
3
30,17  g
39,68g
9,51 g
0,9891g/ml
Rata-Rata



0,9922g/ml

Replikasi I
v  Berat Cu = (Bobot Pikno + Cu ) – BobotPikno Kosong
             = 39,76 g – 30,17 g
= 9,59 g
v  ρ Cu       = m/Vp
=9,59g/9,614ml
         =0,9975 g/ml

Replikasi II
v  Berat Cu    = (Bobot Pikno + Cu ) – Bobot Pikno Kosong
                        = 39,69 g – 30,17 g
                        = 9,52 g
v  ρ Cu       = m/Vp
=9,52g/9,614ml
         =0,9902 g/ml
Replikasi III
v  Berat Cu    = (Bobot Pikno + Cu ) – Bobot Pikno Kosong
                        = 39,68 g – 30,17 g
                        = 9,51 g
v  ρ Cu       = m/Vp
=9,51g/9,614ml
         =0,9891 g/ml

ρ Cu rata-rata :
=(0,9975 +0,9902 +0,9891) g/ml : 3
=0,9922 g/ml








Table penentuanteganganmuka air dan Cu padasuhu 250C
Rep.
Air
Cairanzatujikonsentrasi 0,005%
Cairanzatujikonsentrasi 0,01%

h(cm)
(g/ml)
ɣ(dyne/cm)
h(cm)
(g/ml)
ɣ(dyne/cm)
h(cm)
(g/ml)
ɣ(dyne/cm)
1.       
1,5
0,9955
72,0
1,4
0,9936
66,4694
1,4
0,9922
66,3757
2.       
1,6
0,9955
72,0
1,5
0,9936
66,7661
1,5
0,9922
66,6721
3.       
1,7
0,9955
72,0
1,6
0,9936
67,0280
1,5
0,9922
62,7502
v  Konsentrasi 0,005%
=
Replikasi 1
=  =66,4694 dyne/cm
Replikasi 2
=  =66,7661 dyne/cm
Replikasi 3
=  = 67,0280 dyne/cm
Rata-rata konsentrasi 0,005%
= (66,4694 + 66,7661 +67,0280) dyne/cm / 3
= 66,7545 dyne/cm

v  Konsentrasi 0,01%
=
Replikasi 1
=  =66,3757 dyne/cm
Replikasi 2
=  =66,6721 dyne/cm
Replikasi 3
=  = 62,7502 dyne/cm
Rata-rata konsentrasi 0,01%
=(66,3757 +66,6721+62,7502) dyne/cm / 3
= 65,2660 dyne/cm

v   air untukteganganmuka
Replikasi 1
=9,59/9.614
= 0,9975 g/ml
Replikasi II
=9,57 g/9,614ml
 = 0,9954 g/ml
Replikasi III
 = 9,57 g/9,614ml
 = 0,9954 g/ml
0,9975+0,9954+0,9954/3
                        = 0,9955 g/






















VI.             PEMBAHASAN
            Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tegangan permukaan cairan dengan menggunakan metode kapiler. Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan permukaan cairan berkontraksi den benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada kenaikan cairan biasa dalam pipa kapilerdan bentuk suatu tetesan kecil cairan. tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis).
Besarnya tegangan permukaan diperngaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis cairan, suhu, dan, tekanan, massa jenis, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan. Jika cairan memiliki molekul besar seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. salah satu factor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah massa jenis/ densitas (D), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan – muatan atau partikel-partiekl dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal ini karena partikel yang rapat mempunyai gaya tarik menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya caiarn yang mempunyai densitas kecil akan mempunyai tegangan permukaan yang kecil pula.
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.
Pada percobaan kali ini, zat uji yang digunakan adalah sodium lauril sulfat dengan bebebrapa variasi konsentrasi, yaitu 0,005 %, 0,01 %, 0,02 %, dan 0,05 %. Karakteristik bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Karakteristik bahan yang digunakan:
Sodium lauryl sulfate
Sodium lauryl sulfat adalah surfaktan anion yang biasa terdapat dalam pada produk pembersih, garam kimia ini adalah organo sulfuranion yang mengandung 12 ekor karbon terikat ke gugus sulfate membuat zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik yang merupakan syarat sebagai detergen.
SLS disintetis dengan mencampur dodecanol dengan gas sulfur trioksida atau oleum atau asam klorinsulfur untuk menghasilkan hydrogen lauryl sulfate. Metode industrial biasanya menggunakan gas sulfur trioksida. Hasilnya lalu dinetralkan dengan sodium hidroksida atau sodium karbonat. alkohol lauryl biasanya dihasilkan dari minyak kelapa atau minyak biji kelapa sawit melalui hidrolisis, yang memisahkan asam lemaknya, kemudian direduksi menjadi alkohol.
Ada beberapa metoda penentuan tegangan muka, pada praktikum kali ini digunakan metoda pipa kapiler, yaitu mengukur tegangan permukaan zat cair dan sudut kelengkungannya dengan memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa dicelupkan kedalam permukaan zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian tertentu.
Pada praktikum ini, penentuan tegangan permukaan suatu zat cair digunakan  metode pipa kapiler. Yaitu mengukur tegangan permukaan   cair dan sudut kelengkungannya dengan memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa dicelupkan kedalam  permukaan  zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian tertentu.

      Tegangan permukaan dapat ditentukan dengan rumus:
Dimana :
  = tegangan permukaan zat yang sudah diketahui (dyne/cm)
= tegangan permukaan zat uji (dyne/cm)
  h   = tinggi kenaikan air pada pipa (cm)
     = kerapatan suatu zat (g/ml)
  r    = jari-jari piipa kapiler (cm)
  g   = gravitasi 9,8  

berdasarakan percobaan yang telah dilakukan dan dari pengolahan data, diperoleh penentuan tegangan permukaan Sodium Lauryl Sulfat pada masing-masing konsentrasi adalah sebagai berikut :
1.      Sodium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,005%
Penentuan tegangan permukaan ini menggunakan piknometer kecil. Rata-rata kerapatan SLS 0,005% adalah g/ml, sehingga rata-rata tegangan permukaan SLS pada konsentrasi tersebut adalah dyne/cm
2.      Sodium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,01%
Penentuan tegangan permukaan ini menggunakan piknometer kecil. Rata-rata kerapatan SLS 0,01% adalah g/ml, sehingga rata-rata tegangan permukaan SLS pada konsentrasi tersebut adalah dyne/cm
3.      Sodium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,02%
Penentuan tegangan permukaan ini menggunakan piknometer besar. Rata-rata kerapatan SLS 0,02% adalah 1,0098 g/ml, sehingga rata-rata tegangan permukaan SLS pada konsentrasi tersebut adalah 10,1098 dyne/cm
4.      Sodium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,05%
Penentuan tegangan permukaan ini menggunakan piknometer besar. Rata-rata kerapatan SLS 0,03% adalah 1,0028 g/ml, sehingga rata-rata tegangan permukaan SLS pada konsentrasi tersebut adalah 6,0686 dyne/cm

 Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, tegangan permukaan zat cair yang diamati memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan  tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan kedua zat cair itu susah bercampur. Namun, tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa.






















KESIMPULAN
1.      Sodium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,005%
Penentuan tegangan permukaan ini menggunakan piknometer kecil. Rata-rata kerapatan SLS 0,005% adalah g/ml, sehingga rata-rata tegangan permukaan SLS pada konsentrasi tersebut adalah dyne/cm
2.      Sodium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,01%
Penentuan tegangan permukaan ini menggunakan piknometer kecil. Rata-rata kerapatan SLS 0,01% adalah g/ml, sehingga rata-rata tegangan permukaan SLS pada konsentrasi tersebut adalah dyne/cm
3.      Sodium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,02%
Penentuan tegangan permukaan ini menggunakan piknometer besar. Rata-rata kerapatan SLS 0,02% adalah 1,0098 g/ml, sehingga rata-rata tegangan permukaan SLS pada konsentrasi tersebut adalah 10,1098 dyne/cm
4.      Sodium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,05%
Penentuan tegangan permukaan ini menggunakan piknometer besar. Rata-rata kerapatan SLS 0,03% adalah 1,0028 g/ml, sehingga rata-rata tegangan permukaan SLS pada konsentrasi tersebut adalah 6,0686 dyne/cm











DAFTAR PUSTAKA

Atkins, PW., 1994, Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Herinaldi, 2004, Mekanika Fluida, Erlangga, Jakarta.
Suminar, 2001, Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Erlangga, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar